Wisata Kuliner Sidoarjo, dari Kupang Lontong, Klepon Bulang Kabupaten Sidoarjo bukan hanya dikenal sebagai kawasan industri dan kota satelit Surabaya, tetapi juga surga kuliner khas Jawa Timur yang menggoda lidah siapa pun yang datang. Di balik hiruk-pikuk aktivitas kotanya, Sidoarjo menyimpan kekayaan rasa yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Dari kupang lontong yang gurih menggigit, klepon Bulang yang manis legit, hingga bandeng asap yang aromanya menggoda, semua seolah mewakili karakter masyarakatnya: sederhana, ramah, dan penuh cita rasa.
Bagi para pecinta kuliner, menjelajah Sidoarjo seperti berjalan di dalam buku resep hidup yang diwariskan turun-temurun. Setiap makanan punya cerita, setiap rasa punya sejarah. Satu hal yang pasti, sekali mencicipinya, lidah seolah dipaksa mengingat rasa itu selamanya.
“Kuliner Sidoarjo bukan sekadar makanan, tapi kenangan yang hidup di setiap gigitan dan aroma yang menyapa dari dapur-dapur rakyatnya.”
Kupang Lontong, Ikon Lautan Rasa dari Pesisir Sidoarjo
Bicara tentang kuliner khas Sidoarjo, sulit untuk tidak memulai dengan kupang lontong. Hidangan sederhana ini sudah menjadi simbol kebanggaan warga Sidoarjo. Terbuat dari kerang kecil bernama kupang yang diolah dengan bumbu khas dan disajikan bersama lontong, petis, serta perasan jeruk nipis, rasanya memadukan gurih laut, asam segar, dan pedas yang membangkitkan selera.
Kupang sendiri adalah biota laut berukuran kecil yang banyak ditemukan di muara dan pantai Sidoarjo. Proses pengolahannya tidak bisa sembarangan. Kupang harus direbus dengan waktu tertentu agar tidak berbau amis. Setelah itu baru ditumis dengan bawang putih, cabai, dan sedikit petis untuk memperkuat cita rasa khas Jawa Timur.
Sajian ini biasanya ditemani sate kerang atau lentho, semacam gorengan dari singkong dan kacang tolo yang renyah di luar tapi lembut di dalam. Ketika semua disajikan dalam satu piring, perpaduannya menciptakan sensasi rasa yang sulit dijelaskan—gurih, manis, pedas, dan sedikit asin dari petis udang khas Sidoarjo.
Warung legendaris yang menjual kupang lontong bisa dengan mudah ditemukan di sepanjang kawasan Gedangan, Porong, hingga Waru. Salah satu yang paling populer adalah “Kupang Lontong Pak Misari” di daerah Sedati. Warung ini sudah berdiri lebih dari 40 tahun dan tak pernah sepi pengunjung, terutama menjelang sore hari.
“Kalau belum makan kupang lontong di Sidoarjo, rasanya seperti datang ke Bali tapi tidak ke pantainya.”
Klepon Bulang, Manis Tradisional yang Tak Pernah Pudar
Dari gurih laut, mari beralih ke manisnya daratan Sidoarjo. Salah satu jajanan tradisional yang paling terkenal di daerah ini adalah Klepon Bulang. Nama “Bulang” diambil dari nama desa tempat asalnya, yaitu Desa Bulang, Kecamatan Prambon, Sidoarjo. Di sinilah klepon tidak hanya sekadar camilan, tapi juga simbol kearifan lokal yang diwariskan lintas generasi.
Klepon Bulang berbeda dari klepon biasa. Ukurannya lebih besar, teksturnya kenyal tapi tidak keras, dan gula merah di dalamnya lebih kental sehingga ketika digigit langsung meletup manis di mulut. Kelapanya juga disangrai terlebih dahulu, memberi aroma harum dan rasa gurih yang khas.
Para pembuat klepon di Bulang masih mempertahankan cara tradisional: menumbuk beras ketan secara manual dan mengukusnya di tungku kayu. Setiap adonan diolah dengan penuh kesabaran, menciptakan klepon yang empuk sempurna dan beraroma khas daun pandan.
Di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Larangan atau Pasar Prambon, klepon Bulang selalu laris manis, terutama di pagi hari. Banyak pembeli yang datang dari luar kota, bahkan dari Surabaya, hanya untuk membeli sekotak klepon hangat yang baru matang dari kukusan bambu.
“Manisnya klepon Bulang bukan cuma dari gula merahnya, tapi dari cinta dan kesabaran yang ditumbuk bersama adonannya.”
Bandeng Asap, Primadona Kuliner Khas Delta
Salah satu kekayaan terbesar Sidoarjo terletak pada hasil tambaknya. Dari sinilah lahir bandeng—ikan air payau yang menjadi ikon kuliner kota ini. Tak hanya diolah menjadi bandeng presto atau bandeng tanpa duri, warga Sidoarjo juga terkenal dengan kreasi bandeng asap, sajian khas yang menjadi buruan wisatawan.
Proses pengasapan bandeng dilakukan dengan cara tradisional. Ikan dibersihkan, dibumbui dengan campuran garam dan rempah, lalu digantung di atas bara api dari serbuk kayu selama beberapa jam. Hasilnya, bandeng memiliki warna cokelat keemasan dengan aroma asap yang menggoda.
Tekstur dagingnya lembut, sedikit berminyak, dan rasa gurihnya meresap hingga ke tulang. Bandeng asap biasanya disantap dengan sambal terasi atau sambal mangga muda yang segar, plus nasi hangat yang mengepul. Kombinasi ini adalah kenikmatan sejati yang membuat siapa pun sulit berhenti makan.
Di kawasan Buduran dan Sedati, banyak sentra pengasapan bandeng yang juga melayani wisata edukasi. Pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan bandeng asap, mencicipinya, hingga membawa pulang sebagai oleh-oleh khas Sidoarjo.
“Setiap kali mencium aroma bandeng asap, rasanya seperti mencium kenangan masa kecil di dapur nenek yang selalu wangi kayu bakar.”
Petis Udang, Bumbu Legendaris yang Menyatukan Rasa
Tak bisa bicara tentang kuliner Sidoarjo tanpa menyebut petis udang. Bumbu ini adalah ‘roh’ dari banyak makanan khas di wilayah ini. Mulai dari kupang lontong, rujak cingur, tahu tek, hingga sambal bandeng asap—semuanya bergantung pada kualitas petis yang digunakan.
Petis udang Sidoarjo terkenal di seluruh Jawa Timur karena aromanya kuat dan rasanya gurih legit. Terbuat dari rebusan air udang yang dikentalkan hingga berwarna hitam pekat, petis ini sering dianggap sebagai bumbu paling sakral dalam dapur orang Sidoarjo.
Banyak produsen petis rumahan di daerah Candi dan Porong yang sudah mengekspor produknya hingga luar provinsi. Mereka menjaga resep turun-temurun tanpa bahan pengawet, hanya mengandalkan kesabaran dan api kecil dalam proses pemasakan yang bisa memakan waktu hingga delapan jam.
“Petis udang Sidoarjo itu seperti nada dasar dalam musik—tanpa dia, semua rasa kehilangan harmoni.”
Lontong Kupang di Tepian Tambak
Menikmati kupang lontong di tengah suasana tambak adalah pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Di daerah Sedati atau Gisik Cemandi, banyak warung berdiri di tepi tambak dengan pemandangan langit senja dan burung camar yang melintas.
Salah satu warung paling populer adalah Lontong Kupang Bu Katinem, yang sudah berdiri sejak tahun 1975. Warung sederhana ini punya ciri khas rasa kupang yang sedikit pedas dengan tambahan perasan jeruk purut, memberi sensasi segar yang jarang ditemukan di tempat lain.
Biasanya, para pengunjung datang menjelang sore untuk menikmati makan malam sambil menonton matahari terbenam di atas tambak. Suasana itu seolah menegaskan bahwa kuliner Sidoarjo bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang momen dan kebersamaan.
“Makan kupang lontong di tepi tambak bukan cuma soal kuliner, tapi tentang menikmati hidup dengan cara yang paling sederhana dan jujur.”
Sensasi Pasar Tradisional dan Aroma Pagi Sidoarjo
Bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana lokal, berkunjung ke pasar tradisional Sidoarjo di pagi hari adalah hal wajib. Di Pasar Larangan, Pasar Gedangan, atau Pasar Suko, aroma kue basah, santan hangat, dan daun pisang berpadu menciptakan suasana khas yang menggoda.
Di sinilah berbagai jajanan tradisional bisa ditemukan: apem, kue lupis, onde-onde ketan hitam, dan tentu saja klepon Bulang yang selalu ludes sebelum jam 9 pagi. Para pedagang biasanya turun-temurun mewarisi resep dari ibu mereka, menjaga cita rasa autentik yang membuat pelanggan selalu kembali.
Selain kue, pasar juga menjadi tempat berburu lauk khas seperti sambal petis, pepes bandeng, hingga rengginang udang yang renyah. Bahkan, banyak wisatawan yang sengaja datang hanya untuk membeli bahan mentah seperti petis segar dan bandeng tambak untuk dibawa pulang.
“Pasar tradisional di Sidoarjo adalah museum hidup, tempat di mana aroma masa lalu masih bertemu dengan langkah masa kini.”
Warung Legendaris yang Melewati Generasi
Setiap kota punya warung legendarisnya, begitu pula Sidoarjo. Salah satu yang paling terkenal adalah Warung Kupang Lontong Bu Umi di kawasan Buduran. Warung ini sudah berdiri sejak 1960-an dan menjadi langganan banyak pejabat dan artis lokal. Resepnya tidak pernah berubah—bumbu petis yang kental, kupang segar dari laut Sedati, dan lontong yang lembut.
Selain itu, ada Depot Bandeng Asap Pak Sabar di Sedati yang juga legendaris. Setiap pagi, aroma asap kayu menyambut pengunjung. Bandeng yang baru selesai diasap langsung disajikan panas dengan sambal bawang dan lalapan mentimun. Sederhana tapi luar biasa nikmatnya.
Warung-warung ini bukan sekadar tempat makan, melainkan juga saksi perjalanan kuliner Sidoarjo dari masa ke masa. Generasi demi generasi tetap datang ke sana bukan hanya untuk makan, tapi untuk mengenang rasa yang tak berubah sejak puluhan tahun lalu.
“Di warung-warung tua itulah, waktu seakan berhenti dan rasa menjadi bahasa yang tak pernah usang.”
Kuliner Malam: Saat Lampu Kota Menyala dan Aroma Petis Menggoda
Ketika malam tiba, Sidoarjo berubah menjadi kota kuliner yang hidup. Sepanjang jalan utama di pusat kota, deretan penjual makanan mulai menyalakan kompor dan lampu minyak. Aroma petis, sate kerang, dan nasi goreng kampung menyebar di udara, mengundang siapa pun yang melintas.
Di Alun-Alun Sidoarjo, wisata kuliner malam menjadi daya tarik tersendiri. Di sini bisa ditemukan segala macam makanan khas, dari kupang lontong hingga tahu campur. Banyak wisatawan yang datang hanya untuk duduk santai sambil menikmati kopi hitam dan klepon hangat di bawah lampu kota.
Beberapa kedai bahkan buka hingga larut malam, melayani pelanggan dari Surabaya yang sengaja datang ke Sidoarjo untuk berburu cita rasa tradisional yang sulit ditemukan di kota besar.
“Sidoarjo di malam hari seperti dapur besar yang tak pernah tidur—setiap sudutnya menebarkan aroma yang menenangkan.”
Oleh-Oleh Khas yang Tak Boleh Dilewatkan
Setelah puas mencicipi kuliner Sidoarjo, jangan lupa membawa pulang oleh-oleh khasnya. Bandeng asap dan petis udang tentu menjadi pilihan utama. Tapi ada juga aneka camilan khas seperti kerupuk udang, keripik bandeng, sambal petis botolan, dan jajanan kering khas pasar.
Toko oleh-oleh terkenal seperti Bandeng Asap Bu Nanik atau Petis Cap Rajawali selalu ramai menjelang akhir pekan. Para wisatawan dari Surabaya, Malang, hingga Jakarta biasanya mampir sebelum kembali ke kota masing-masing.
Selain lezat, oleh-oleh dari Sidoarjo punya makna emosional tersendiri. Mereka membawa aroma laut, rasa tradisi, dan kenangan dari kota kecil yang ramah dan penuh rasa.