Mau Jadi Seperti Thailand, Indonesia Gagas Kuliner Unggulan

Mau Jadi Seperti Thailand, Indonesia Gagas Kuliner Unggulan Indonesia dikenal sebagai negeri dengan ribuan cita rasa. Dari ujung Sabang hingga Merauke, kuliner Nusantara menyajikan kekayaan rempah, rasa, dan tradisi yang berbeda-beda. Namun, meski memiliki variasi makanan yang tak terhitung jumlahnya, kuliner Indonesia masih belum sepenuhnya mendunia seperti halnya Thailand dengan Tom Yam dan Pad Thai, atau Jepang dengan Sushi dan Ramen.

Melihat potensi besar itu, pemerintah bersama pelaku industri kuliner kini menggagas program nasional untuk menjadikan beberapa kuliner Indonesia sebagai kuliner unggulan dunia. Harapannya, suatu hari nanti nama rendang, sate, hingga nasi goreng bisa seterkenal Tom Yam atau Pho Vietnam.

Belajar dari Thailand yang Berhasil Mendunia

Thailand menjadi contoh sukses bagaimana kuliner bisa menjadi kekuatan diplomasi budaya. Melalui program “Global Thai” yang dicanangkan sejak awal tahun 2000-an, pemerintah Thailand mendukung ekspansi restoran Thai di berbagai negara. Kini, siapa pun yang berkunjung ke kota besar dunia hampir pasti bisa menemukan restoran khas Thailand.

Tidak hanya itu, pemerintah Thailand juga fokus pada branding. Mereka menetapkan menu khas seperti Tom Yam Goong dan Pad Thai sebagai ikon kuliner. Identitas itu terus dikampanyekan sehingga dunia mengenal Thailand lewat makanannya.

“Saya merasa strategi Thailand itu sederhana tapi efektif. Mereka memilih beberapa kuliner unggulan lalu mendukungnya habis-habisan hingga mendunia.”

Indonesia Punya Modal Lebih Kaya

Jika dibandingkan dengan Thailand, Indonesia sejatinya punya modal yang jauh lebih besar. Kekayaan rempah Nusantara sudah diakui dunia sejak zaman penjajahan. Variasi kuliner juga luar biasa, dari makanan berat, kue tradisional, hingga jajanan pasar yang unik.

Rendang, misalnya, sudah dinobatkan CNN sebagai makanan terenak di dunia. Nasi goreng pun sudah dikenal luas hingga masuk daftar menu favorit internasional. Sate, gado-gado, hingga soto juga punya potensi sama besarnya.

Namun, tantangan terbesar adalah konsistensi branding. Banyak orang luar negeri pernah mencicipi rendang atau sate, tetapi mereka tidak otomatis mengasosiasikannya langsung dengan Indonesia. Inilah yang kini ingin dibenahi.

Program Kuliner Unggulan Dunia

Pemerintah lewat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meluncurkan program “Indonesian Global Cuisine” pada 2025. Program ini bertujuan memilih kuliner unggulan yang akan dipromosikan secara global, lengkap dengan standar penyajian, branding, hingga dukungan restoran di luar negeri.

Ada lima kuliner yang digadang-gadang menjadi kandidat utama: Rendang, Nasi Goreng, Sate, Soto, dan Gado-gado. Kelimanya dipilih karena mewakili cita rasa berbeda, mudah diterima lidah internasional, dan memiliki nilai historis tinggi.

“Menurut saya, langkah memilih lima menu unggulan ini penting. Dunia butuh simbol sederhana untuk mengenal Indonesia lewat makanan.”

Peran Diplomasi Kuliner

Diplomasi kuliner bukan hal baru. Banyak negara menjadikan makanan sebagai alat memperkuat hubungan internasional. Korea Selatan misalnya, sukses mengangkat Kimchi dan Bibimbap beriringan dengan gelombang budaya K-Pop dan drama Korea. Jepang pun menjadikan sushi sebagai simbol budaya yang mendunia.

Indonesia ingin mengikuti jejak itu. Setiap kedutaan besar nantinya akan diarahkan untuk menyediakan menu kuliner unggulan Indonesia dalam acara resmi. Bahkan, duta kuliner khusus juga akan ditunjuk untuk memperkenalkan makanan Indonesia di pameran internasional.

UMKM Jadi Garda Depan

Keberhasilan gagasan ini tidak bisa lepas dari peran UMKM kuliner. Mereka yang selama ini menjaga tradisi memasak rendang asli Minang, sate Madura, atau soto Lamongan menjadi garda depan dalam menjaga cita rasa otentik.

Melalui program ini, UMKM akan didampingi untuk meningkatkan kualitas produksi, mulai dari pemilihan bahan, cara pengolahan, hingga penyajian sesuai standar internasional.

“Saya percaya, kekuatan kuliner Indonesia justru ada di UMKM. Mereka menjaga keaslian resep turun-temurun yang tidak bisa ditiru restoran besar sekalipun.”

Dukungan Teknologi dan Branding

Era digital memberi peluang besar untuk mempercepat promosi kuliner. Media sosial, aplikasi pesan antar, hingga platform video menjadi medium efektif untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia ke dunia.

Sudah banyak kreator konten yang membuat video “food vlogging” tentang kuliner Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah dan pelaku usaha bisa bersinergi untuk membuat narasi yang konsisten.

Branding juga menjadi kunci. Nama kuliner harus diperkenalkan dengan jelas dan konsisten, tanpa diterjemahkan berlebihan. Misalnya, rendang tetap disebut rendang, bukan “spicy beef stew”. Dengan cara ini, orang asing akan lebih mudah mengingatnya.

Tantangan Standarisasi

Salah satu masalah yang sering muncul adalah variasi rasa di setiap daerah. Misalnya, soto di Jawa berbeda dengan soto di Sumatra. Rendang di Padang berbeda dengan rendang yang sudah dimodifikasi di kota besar.

Untuk menjadikan kuliner unggulan dunia, perlu dibuat standar dasar rasa dan penyajian, tanpa menghilangkan keragaman lokal. Dengan begitu, kuliner Indonesia bisa diterima dunia, tetapi tetap menampilkan kekayaan variasinya.

“Saya merasa standarisasi adalah tantangan paling sulit. Bagaimana menjaga otentisitas tanpa membunuh keragaman? Itu pekerjaan besar.”

Dampak bagi Pariwisata

Jika kuliner Indonesia berhasil mendunia, dampak langsungnya adalah meningkatnya minat wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Banyak orang yang tertarik datang ke suatu negara setelah mencicipi makanannya terlebih dahulu di negara lain.

Thailand adalah contoh nyata. Popularitas Tom Yam membuat banyak orang penasaran datang ke Bangkok untuk mencicipinya langsung. Indonesia pun bisa mendapatkan keuntungan serupa jika rendang atau sate sudah dikenal luas.

Kolaborasi dengan Diaspora

Diaspora Indonesia di luar negeri juga punya peran penting. Banyak dari mereka yang sudah membuka restoran Indonesia, meski skalanya masih kecil. Dengan adanya dukungan program resmi, restoran-restoran ini bisa menjadi ujung tombak promosi kuliner Nusantara.

Bahkan beberapa komunitas diaspora sudah menyatakan siap membantu memperkenalkan kuliner Indonesia lewat festival makanan, cooking class, hingga acara budaya.

Harapan Generasi Muda

Generasi muda Indonesia kini semakin sadar akan potensi kuliner lokal. Banyak chef muda yang kreatif memodifikasi resep tradisional agar lebih sesuai dengan selera internasional tanpa menghilangkan keasliannya.

Mereka inilah yang diharapkan menjadi duta kuliner global. Dengan pemahaman budaya lokal sekaligus wawasan internasional, generasi muda bisa membawa kuliner Indonesia ke panggung dunia.

“Saya optimis dengan anak muda Indonesia. Mereka kreatif, adaptif, dan punya semangat untuk membawa masakan nenek moyang ke level global.”

Menuju Indonesia Kuliner Dunia

Dengan modal kekayaan rempah, variasi kuliner, dan dukungan program pemerintah, Indonesia punya peluang besar untuk menyusul Thailand, Jepang, dan Korea Selatan dalam hal diplomasi kuliner.

Butuh waktu dan konsistensi, tetapi langkah awal sudah dimulai. Jika branding, standarisasi, dan dukungan UMKM berjalan seiring, bukan tidak mungkin suatu hari nanti orang di New York, Paris, atau Tokyo akan dengan mudah menyebut rendang atau sate sebagai kuliner favorit mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *