Dari Sarung Tangan Kuli Menuju Gawang Persebaya: Kisah Andhika Ramadhani

Surabaya – Jalan menuju profesionalisme di dunia sepak bola tak selalu mulus. Hal ini dibuktikan oleh Andhika Ramadhani, kiper Persebaya Surabaya, yang bahkan pernah memakai

bibilung

Dari Sarung Tangan Kuli Menuju Gawang Persebaya: Kisah Andhika Ramadhani
Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Surabaya – Jalan menuju profesionalisme di dunia sepak bola tak selalu mulus. Hal ini dibuktikan oleh Andhika Ramadhani, kiper Persebaya Surabaya, yang bahkan pernah memakai sarung tangan kuli saat mengikuti seleksi dengan tim Bajul Ijo.

Kisah Andhika bermula dari keluarga kurang mampu. Namun, keterbatasan ekonomi justru menjadi pelecut semangatnya untuk meraih mimpi. Ia memulai perjalanan sepak bolanya di SSB El Faza, di bawah asuhan Mat Halil, dan tumbuh menjadi penjaga gawang yang berbakat.

Peluang emas datang saat Andhika mengikuti seleksi Persebaya. Ia bertekad untuk menembus tim utama maupun tim muda Bajul Ijo. "Saat seleksi, saya tidak punya uang dan sarung tangan kiper. Akhirnya, saya pakai sarung tangan kuli saat seleksi di Persebaya," ungkap Andhika, yang kini berusia 25 tahun, pada Kamis (8/8/2024).

Upaya Andhika membuahkan hasil. Ia terpilih menjadi bagian dari Persebaya junior, bergabung dalam skuad Elite Pro Academy (EPA) Persebaya U-20. Namun, perjuangannya tak berhenti di sana. Ia harus membagi waktu antara latihan dengan membantu orang tuanya menjaga warung kopi.

Dari Sarung Tangan Kuli Menuju Gawang Persebaya: Kisah Andhika Ramadhani

"Dari situ, saya mulai jaga warung, juga jaga parkiran mobil dan motor. Jadi, tidak hanya kerja-sekolah, tapi juga latihan sepak bola," tambah Andhika.

Ketekunan Andhika membuahkan hasil. Pada tahun 2020, ia promosi ke tim utama Persebaya dan menjadi pelapis Ernando Ari. Meskipun hanya menjadi pilihan kedua, Andhika tetap mendapatkan kesempatan bermain yang cukup.

Menariknya, Andhika ternyata pernah bermimpi menjadi polisi saat masih kecil. Namun, seiring waktu, cita-citanya beralih ke sepak bola. "Dulu, saya sempat ingin jadi polisi waktu kecil. Tapi, saya sangat anti dengan fisik. Sementara, polisi kan harus pakai fisik," tutur Andhika.

"Masuk di Persebaya, mau tidak mau harus fisik juga. Akhirnya, saya menghilangkan cita-cita jadi polisi dan fokus ke main sepak bola," pungkasnya.

Kisah Andhika Ramadhani menjadi bukti bahwa semangat dan kerja keras dapat mengantarkan seseorang meraih mimpinya, bahkan dengan keterbatasan yang ada. Dari sarung tangan kuli hingga menjadi penjaga gawang Persebaya, Andhika telah membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, semua hal dapat tercapai.

Tags

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar